Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah

Awal Mula Pesantren: Asa dan Kesungguhan

Pada tahun 1980 an sampai tahun 1990 an, banyak dai yang mengisi kajian-kajian keislaman di masyarakat. Dakwah mereka juga merambah ke sekolah-sekolah SMA dan kampus-kampus di Solo.

Di antara ustadz yang meluangkan banyak waktu dan tenaganya dalam dakwah sekolah dan kampus adalah Ustadz Yoyok Rosywadi -rahimahullah- alumni Ponpes Gontor Ponorogo, Ustadz Ahmad Husnan Lc, Ustadz Hasan Bashri, dan Ustadz Ya’qub. Mereka mengisi kajian-kajian rohis (kerohanian Islam) di SMAN 1 Surakarta dan SMAN 3 Surakarta.

Banyak siswa SMAN yang ikut taklim kegiatan rohis. Di antara siswa-siswa binaan yang mengaji kepada mereka adalah Heru Priyono Nugroho Hadi dari SMAN 3 Surakarta (kelak menjadi Ketua Yayasan Yasmin), Isa Iskandar Baraja (kelak menjadi Bendahara Yayasan Yasmin), Hasan Baraja, Supriadi (kelak menjadi Sekretaris Yayasan Yasmin, dan kemudian Ketua Yayasan Yasmin), Sri Padmantyo, dan banyak lainnya.

Sekitar tahun 1985, saat masih menjadi peserta rohis SMAN, para remaja religius tersebut sering terlibat diskusi ringan. Isa Baraja sempat melontarkan sebuah celetukan gagasan, “Ru, Heru, apakah kita hanya bertahan min ngaji ila ngaji saja? Gimana kalau kita membuat apalah; majlis taklim, atau yayasan, atau apalah. Nanti dari situ kita bisa berbuat yang manfaat untuk umat, dakwah atau pendidikan.”

Lontaran ide tersebut disambut dengan antusias oleh kawan-kawannya. Mereka menyetujui gagasan tersebut. Lalu mereka mulai berpikir untuk mengambil langkah-langkah nyata demi mewujudkan gagasan mereka. Mereka sering meminta arahan-arahan dan pendapat-pendapat dari para ustadz yang menjadi mentor mereka di rohis.

Ketika masih menjadi siswa SMA, mereka telah terlibat aktif dalam pengajian-pengajian rohis. Hal itu berlanjut ketika mereka melanjutkan kuliah. Hanya saja, mereka telah berpencar ke berbagai kota, provinsi, dan bahkan negara sesuai dengan kampus universitas tempat mereka menimba ilmu. Sebagian besar menempuh kuliah di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, atau Surabaya. Sebagian bahkan menempuh kuliah di Jerman dan Jepang.

Mereka yang mengambil kuliah di kampus-kampus Surakarta hanya tersisa Heru Priyono, Isa Baradja, Hasan Baradja, Murdianto, Supriyadi, dan Sri Padmantyo. Dengan jarak tempat tinggal yang relatif dekat, mereka masih sering mengadakan pertemuan pengajian bersama. Dari kumpul-kumpul bersama dan obrolan santai itulah terbetik keinginan mereka untuk mendirikan sebuah lembaga, sebagai wadah kegiatan dakwah mereka.

Setelah berulang kali berkonsultasi kepada para ustadz pembimbing kegiatan rohis dan dakwah kampus, akhirnya gagasan untuk mendirikan yayasan dakwah dan pendidikan tersebut semakin kuat dan terarah. Gagasan itu juga disetujui dan didukung oleh para ustadz. Yayasan tersebut diberi nama Yayasan Yasmin Surakarta.

Nama Yasmin diambil dari bahasa Arab. Secara harfiah, Yasmin (الْيَاسَمِينُ) bermakna bunga Melati. Di samping itu, Yasmin merupakan kependekan dari kalimat yahtam bi-syu-ûn al-muslimîn, yang bermakna “memperhatikan atau peduli kepada problematika kaum muslimin”. Nama tersebut diambil dengan harapan Yayasan yang akan didirikan dapat menjadi sarana para pengurus untuk berkhidmat kepada kaum muslimin secara luas. Semangat yang melandasi pendirian Yayasan ini adalah semangat ukhuwah islamiyyah dan berkhidmat untuk umat.

Sebelum Yayasan secara resmi didaftarkan, paraemuda yang menggagasnya rajin melakukan silaturahmi kepada kepada tokoh-tokoh Islam dan ulama-ulama sepuh di Surakarta. Mereka meminta doa restu, dukungan moril, dan bimbingan agar dapat melangkah dengan benar.

Para mahasiswa yang menempuh kuliah di Surakarta tersebut mengajak salah seorang ustadz, yaitu Ust. Mustaqim, untuk berperan dalam pendirian yayasan tersebut. Boleh dikata, Ust. Mustaqim adalah satu-satunya perintis yayasan yang memiliki background pondok pesantren. Adapun seluruh pendiri dan pengurus lainnya berasal dari background kampus umum non-pesantren.

Pada hari Jum’at, 8 Februari 1991 secara resmi Y ayasan Yasmin didirikan dan didaftarkan ke Kantor Notaris Hartojo Reksowiguno SH. Pada hari Sabtu, 16 Februari 1991 Akta Notaris atau Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Yayasan Yasmin Surakarta secara resmi telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surakarta.

Yayasan Yasmin didirikan tiga tahun sebelum pendirian Pondok Pesantren Darusy Syahadah. Setelah resmi didirikan dan terdaftar secara sah sebagai badan hukum, para pengurus Yayasan Yasmin Surakarta mulai melakukan aktivitasnya sesuai bidang-bidang yang ada. Kantor Yayasan Yasmin pada awal pendiriannya berada di Gedung Umat Islam, Jalan Kartopuran 126A Solo.

Mendirikan Pondok Pesantren: Realisasi Asa, Optimis Dinamis

Dengan segenap kemampuan yang dimiliki berbekal asa yang membumbung diiringi tawakal dan berserah diri, para pengurus Yayasan memulai proyek umat ini; mendirikan Pondok.

Rintisan awal pesantren yang kemudian bernama DARUSY SYAHADAH dimulai dengan membeli sepetak tanah OO di lokasi yang cukup strategis karena dikelilingi oleh bebukitan dan berpanorama alam nan indah sehingga sangat cocok untuk menuntut ilmu.

Di atas modal tanah seluas 22.500 m2 (saat itu) pendirian sebuah bangunan sederhana untuk kantor sekaligus pos panitia pembangunan dimulai. Gedung demi gedung pun berdiri menyusul, diantaranya asrama, lokal kelas, dapur, tower air dan kamar mandi santri.

Dengan fasilitas dan sarana prasarana yang seadanya itulah unit Madrasah Diniyah (madrasah sore usia SD) memulai kegiatan belajar mengajar, tepatnya pada bulan Januari tahun 1992. Dan pada bulan Juli tahun 1994 unit Takhassus atau Kulliyatul Mu’allimin pun mulai dibuka.

Alhamdulillah sejak saat itu pondok pesantren Darusy Syahadah mulai banyak diminati masyarakat yang bukan hanya didatangi penduduk lokal melainkan juga luar kota bahkan luar propinsi.

Kemudian atas permintaan masyarakat, pada tahun 2007 pondok pesantren Darusy Syahadah mendirikan pondok putri yang semula berdomisili di desa Blagung. Kedepannya untuk pengembangan, pondok putri ditempatkan di dukuh Grenjeng yang berjarak sekitar setengah kilometer dari pondok putra.

Tahun 2014 , seiring meningkatnya kebutuhan guru pesantren yang memiliki kualifikasi standar sebagai pengajar tingkat menengah; maka pesantren memutuskan untuk mendirikan Ma’had Aly. Ma’had Aly ini berkonsentrasi mencetak guru handal yang memiliki kompetensi dalam mendidik dan mengajar. Ma’had ini diberi nama MA’had Ali Lita’hilil Mudarisin. Lokasi ini menempati bekas pondok putri, yaitu komplek pesantren di desa Blagung, Simo Boyolali.

Beberapa tahun kemudian, desakan untuk mendirikan Ma’had Ali putri semakin meningkat. Maka bertepatan dengan tahun 2017 didirikan Ma’had Aly Li Ta’hilil Mudarisat. Unit ini memiliki konsentrasi belajar yang sama dengan Ma’had Ali Putra.

Satu tahun kemudian – tahun 2018 – pesantren membuka unit baru Ma’had Aly Lil muhafizhat. KOnsentrasi utamanya adalah mencetak hafidzah yang handal setingkat ma’had Ali yang nantinya mampu berkiprah dalam pengelolaan tahfidz dan pendidikan Islam. Kedua Ma’had Aly ini ( MATM Pi dan MATQ) menempati lokasi di Dsn Lengkongsari, Kedunglengkong, Simo Boyolali.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2018 seiring kembalinya kader yang belajar di timur tengah kembali, dikembangkanlah metode pembelajaran baru. Metode ini fokus untuk pendalaman islam yang lengkap dan bertahap dalam sistem mulazamah. Untuk mewadahi program ini maka dibentuklah unit STI, Syu’bah Ta’shil Ilmi.

Satu tahun setelah berdiri STI,yaitu tahun 2019 Pesantren mendirikan unit khusus untuk tahfidz. Ini sebagai jawaban atas animo masyarakat dalam menghafal Al Qur’an dan menuntut ilmu syar’i. Unit ini dinamai KMT, Kuliyatul Mualimin / Mualimat litahfidzil Qur’an. Unit ini berdedikasi untuk mencetak penghafal Al Qur’an yang mutqin, dan menguasai dasar ilmu syari’I dan ilmu alat. Pendirian unit ini dimulai dari putra. Satu tahun kemudian diadakan untuk unit putri, tahun 2020.

Tahun 2020 berdiri unit baru, yaitu DID B. Unit ini sebagai wadah untuk menampung santri yang ingin belajar ilmu agama, namun usia sudah berumur sementara basic ilmu agamanya masih lemah. Program ini berbaur langsung dengan masyarakat. Unit DID B menempati masjid dan tanah wakaf di kampung Cilak, Blagung SImo Boyolali.konsentrasi DID B adalah adalah menempa santri agar memiliki pemahaman islam yang baik dan memiliki kemampuan berdakwah dan mengelola ketakmiran masjid. Kelak setelah lulus mereka akan berkiprah dengan masyarakat. Lama waktu belajar adalah 2 tahun.

Beberapa tahun kemudian, pesantren mematangkan program di unit ini. Evaluasi diadakan dengan harapan program yang dihadirkan bisa menjadi tepat guna dan sasaran. Maka pada tahun 2022 unit ini ditata dan diubah menjadi unit dengan nama STD, Syu’bah Ta’sil Da’awi. Pada tahun inilah menjadi awal lahirnya unit STD.

Pada tahun 2020, pesantren bekerjasama dengan Yayasan Bani Sholeh merintis unit baru tingkat SLTP. Model pendidikan dalam format kuttab.Unit ini bersifat terbatas; hanya melayani warga pesantren dan relasi yayasan Bani Sholih. Lokasinya berada di sisi tenggara pondok Pesantren Putra Gunung Madu.

Pada tahun 2022 pesantren juga membuka unit khusus untuk pendalaman bahasa Arab. Unit ini berada di bawah asuhan Syaikh Abdurrahman As Sudani. Lama pendidikan 1 tahun, dikhususkan untuk alumni pesantren. Targetnya mengantarkan peserta didik menjadi pengajar bahasa Arab.

Lembaga Pendidikan pertama sebelum pesantren resmi dibuka, yaitu Madrasah Diniyah mengalami fluktuasi dalam jumlah anak didik. Banyak faktor mempengaruhinya. Melihat situasi ini maka pesantren memutuskan untuk menata ulang dalam format kekinian. Akhirnya Madrasah Diniyah pesantren Darusy Syahadah diganti menjadi Rumah Qur’an Darusy Syahadah.

Dalam perjalannya, hingga kini perkembangan Rumah Qur’an Darusy Syahadah mengalami kenaikan yang signifikan. Bahkan Ibu-Ibu kampung yang sudah berumur pun ikut berbondong-bondong mengikuti program ini. Hasilnya pun menggembirakan. Juz 30 bisa disetorkan dengan baik oleh seorang ibu berusia senja.

Dari awal berdiri hingga saat ini, pesantren memiliki unit 16 unit pendidikan. Unit itu adalah 1) IKM ( I’dad Kuliyatul Mualimin – dulu disebut Takhasus), 2) IKM ( I’dad Kuliyatul Mualimat – dulu disebut Takhasus), 3) KMI ( Kulliyatul Mu’alimin), 4)DID ( Dirasah I’dad Du’at – Dulu TID), 5) KMA ( Kuliyatul Mu’alimat) 6) DID Pi( DIrasah I’dad DU’at – Dulu TID Pi), 7) MATM ( Ma’had Ali Li Ta’hil Lil Mudarisin), 8) MATM Pi ( Ma’had Ali Litahilil Mudarisat),9) MATQ ( Ma’had Aly Li Tahfidzil Qur’an), 10) STI ( Syu’bah Ta’shil Ilmi), 11) KMT ( Kuliyatul Mualimin Litahfidzil Qur’an- Putra), 12) KMT Pi ( Kuliyatul MUalimin Litahfidzil Qur’an Putri), 13) STD( Syu’bah Ta’shil Da’awi), 14) KTI ( Tuttab Tamhidul Ilmi), 15) RQ ( Rumah Qur’an) Darusy Syahadah dan 16) Markaz Lughah, .