Keutamaan Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim

DS Peduli

DS Peduli – Keutamaan menuntut ilmu bagi setiap muslim. Menuntut ilmu merupakan hal yang harus dilakukan oleh seluruh manusia. Tak hanya itu saja menuntut ilmu bahkan menjadi hal yang utama yang harus mereka kedepankan. Pepatah Arab menyatakan “al ilmu qabla al qaulu wal amal” artinya ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan.

Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa berilmu terlebih dahulu baru kemudian berbicara dan bekerja. Bagaimana jadinya jika orang yang tidak memiliki ilmu berbicara? Tentu saja apa yang terlontarkan dari mulutnya hanya omong kosong atau juga hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya. Begitu juga orang yang melakukan sesuatu tanpa memiliki ilmu sebagai dasarnya. Anggap saja orang yang tidak memiliki ilmu lalu orang tersebut disuruh membangun rumah, atau memperbaiki motor, mobil, bahkan memperbaiki handphone tentu hal tersebut mungkin untuk dilakukan namun, bagaimana dengan hasilnya? Tentu hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan atau malah terjadi kerusakan yang lebih parah ketimbang sebelum diperbaiki.

Semua hal tersebut akan berbeda hasilnya jika yang melakukan adalah orang yang memiliki dasaran yaitu memiliki ilmu. Contohnya Tukang servis AC akan berhasil memperbaiki kerusakan AC karena hal tersebut merupakan keahliannya. Dan seorang motivator akan berhasil membangkitkan semangat dari pendengarnya karena ia memahami cara bagaimana menyugesti orang-orang. Semua itu terjadi karena mereka memiliki ilmu-ilmunya.

Makanya dalam Islam kita dianjurkan untuk berilmu terlebih dahulu baru berbicara dan beramal. Rasulullah menganjurkan agar tidak berbicara jika hal yang dibicarakan tersebut bukan suatu keperluan, lebih tepatnya untuk mengontrol ucapan agar tidak melewati batasan. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam….” [HR. Bukhari, no. 5994]

Anjuran Rasulullah tersebut dapat kita mengerti karena orang yang tidak memiliki ilmu cenderung hanya berbicara dan membiarkan apa saja yang keluar dari mulutnya. Seringnya mereka yang asal berbicara akan melewati batas, yang menyebabkan orang lain terluka dengan ucapannya tersebut.

Sedangkan mengenai ilmu dahulu amal (perbuatan) kemudian agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal. Lihatlah bagaimana orang yang tidak memahami AC disuruh membenarkan motor, tentu hal tersebut akan menyebabkan kesalahan lainnya bila dipaksakan. Oleh sebab itu, mereka harus diberikan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka miliki.

Berilmu sebelum berbuat ini selaras dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tentang tidak diterimanya suatu ibadah bila tidak sesuai dengan ajaran beliau. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim, no. 1718]

Dari kedua hadits nabi tersebut menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam lini kehidupan sehari-hari kita. Dari segi agama maupun dunia. Maka perlunya kita untuk memiliki ilmu sebelum berbicara dan beramal sebagai landasan perbuatan kita.

Nah, untuk menyemangati diri kita dalam mencari ilmu maka kita perlu mengetahui tentang keutamaan dari menuntut ilmu tersebut.

5 Keutamaan Menuntut Ilmu

Berikut diantara keutamaan-keutamaan dari menuntut ilmu;

1. Merupakan Kewajiban dari Allah

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” [HR. Ibnu Majah]

Merupakan kewajiban bagi seorang muslim untuk menuntut ilmu hal ini disebabkan karena banyaknya hal yang berkaitan dengannya. Jika seorang muslim melakukan suatu amal sedangkan hal tersebut tidak diajarkan oleh Rasulullah maka amalannya itu tidak diterima di sisi Allah. Maka pantaslah jika menuntut ilmu itu diwajibkan.

Jika untuk perkara akhirat aja diwajibkan, apalagi perkara dunia. Apalagi zaman semakin maju, saat kita tidak memilki ilmu maka kita akan sangat tertinggal.

2. Merupakan jalan ke surga.

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” [HR. Muslim]

Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan bahwa ada empat makna kalimat “Sahhalallahu bihi thariqaan ilal-jannah”

  • Allah akan memudahkannya dalam mencari ilmu, memudahkannya dalam memahami dan mengamalkannya.
  • Allah akan memudahkannya dalam mengamalkan ilmu tersebut sesuai dengan tujuan belajarnya yang ikhlas karena Allah. Allah akan menjadikan menjadikan ilmu tersebut sebagai sarana untuk memberikan hidayah, mendapatkan manfaat darinya, dan mengamalkannya. Hal ini merupakan salah satu jalur yang membawa menuju surga.
  • Allah subhabahu wa ta’ala memudahkan bagi pencari ilmu untuk mengamalkan ilmu tersebut, dan membukakan pintu ilmu yang lain yang dapat diambil manfaatnya. Sehingga, hal ini menjadi jalan yang mengantarkan menuju surga. Seperti pepatah yang mengatakan: ‘Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui’.
  • Allah subhanahu wa ta’ala akan memudahkan bagi pencari ilmu untuk mendapatkan manfaat darinya di akhirat, serta menempuh jalan yang baik yang mengarah ke surga, yakni jalan yang lurus (Ash-Shirath) dan apa yang ada setelahnya, bersama dengan segala kesulitan besar dan rintangan yang berat di depannya

Baca Juga: Amal Jariyah: Amalan yang Tidak Terputus Pahalanya

3. Merupakan warisan para nabi

إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ

”Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, namun mereka mewariskan ilmu.” [HR. Abu Daud]

Telah banyak literasi-literasi yang mencantumkan bahwa para nabi tidak mewariskan dinar atau pun dirhamnya, namun yang mereka wariskan ialah ilmu pengetahuan. Mereka mengajarkan umat-umatnya ilmu bagaimana menyembah Allah, mematuhi ketetapan-ketetapan-Nya, dan menjahui larangan-larangan-Nya.

Imam Syamsuddin al-Karmani menjelaskan, “Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa para ulama mewarisi para nabi dalam hal yang ditinggalkan oleh mereka, dan yang diwariskan oleh para nabi adalah ilmu yang bermanfaat. Oleh karena itu, siapa yang mengambil ilmu dan berhasil mendapatkannya, ia telah meraih bagian besar yang sangat melimpah.

4. Akan diangkat derajat oleh Allah

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)

Imam al-Qurthubi menjelaskan makna ayat ini, “Dalam pahala di akhirat dan kehormatan di dunia. Maka, seorang mukmin ditinggikan di atas orang yang bukan mukmin, dan seorang alim ditinggikan di atas orang yang bukan alim”.

Imam al-Qurthubi juga mengutip perkataanya sahabat Ibnu mas’ud yang mengatakan, “Allah memuji para ulama dengan ayat ini”. Maknanya adalah bahwa Allah meninggikan orang-orang yang diberi ilmu di atas orang-orang yang beriman, tetapi tidak diberi ilmu, dalam tingkatan agama mereka ketika mereka melakukan apa yang diperintahkan. [Tafsir al-Qurhthubi

Dalam realita kehidupan saja kita bisa melihat bagaimana orang-orang yang berilmu lebih dimuliakan dari pada orang gila. Guru-guru di sekolahan lebih dimuliakan dari pada pekerja kebersihan, seorang ustadz yang mengajarkan ilmu agama lebih dimuliakan dari pada jamaah yang hadir untuk shalat. Bahkan ada yang mendapatkan penghargaan berkat penelitian yang ia temukan. Dan lebih banyak lagi contoh-contoh nyata tentang bagaimana Allah memuliakan mereka yang berilmu di atas orang lain.

5. Merupakan Amalan Jariyah

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” [HR. Muslim]

Betapa tidak, ilmu pengetahuan yang kita miliki akan menjadi aset yang sangat penting kelak setelah kita meninggalkan dunia ini. Karena pastinya mereka yang memiliki suatu ilmu akan memberikan kepada keturunan ataupun ke orang lain. Nah, hal tersebutlah yang menjadikan menuntut ilmu sebagai amal jariah ‘amal yang pahalanya akan terus mengalir’. Belum lagi ketika orang yang kita berikan ilmu tersebut menyebarkannya, kita akan tetap mendapatkan kebaikan darinya hal ini akan senantiasa terulang jika dari mereka yang mendapatkan ilmu terus menyebarkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya”. [HR. Muslim]

Saat kita membagikan ilmu yang kita miliki, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum maka kita akan mendapatkan pahala kebaikan darinya. Maka jangan heran bila banyak para ulama yang berlomba-lomba dalam membagikan ilmu-ilmu yang mereka miliki. Karena mereka memahami bahwa ilmu yang dibagikan tersebut akan bernilai pahala disisi Allah.

REFERENSI

  • Al-Qur`an
  • Musnad Imam Ahmad
  • Ibnu Rajab al-Hambali, Zainuddin Abu Farj Abdurrahma bin Ahmad. Waratsatul-Anbiya`
  • Ibnu Malak, Muhammad bin Izzuddin. Syarhu Mashabihus-suunah

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment