Amal Jariyah: Amalan yang Tidak Terputus Pahalanya

DS Peduli

DSPeduli – Dalam Islam, semua yang diciptakan oleh Allah SWT disebut sebagai makhluk. Kata makhluk mencakup seluruh alam semesta termasuk air, bintang tanah dan isi Jagad raya lainnya. Sebagaimana sifat Allah yang maha menciptakan, seluruh langit, bumi dan segala isinya memang merupakan ciptaan-Nya.

Semua ciptaan Allah disebut makhluk terbagi menjadi dua bagian yang besar, yaitu makhluk yang bernyawa dan makhluk yang tidak bernyawa. Seluruh makhluk yang bernyawa pasti akan menjumpai kematian. Allah SWT berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati….” (QS. Ali Imran: 185)

Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya, “Allah SWT memberitahukan kepada seluruh makhluk-Nya bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian.” Artinya, manusia sebagai salah satu makhluk Allah SWT yang bernyawa, ia termasuk dalam ayat tersebut.

Dari keterangan di atas maka kematian adalah sesuatu yang pasti dan kita diperintahkan untuk selalu mengingat kematian. Rasulullah SAW bersabda,

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ – يَعْنِي الْمَوْت

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Ketika seorang manusia meninggal dunia maka semua amalannya akan terputus. Tetapi terdapat pengecualian terhadap beberapa amalan yang ia tidak akan terputus pahalanya meskipun orang yang mengerjakannya telah meninggal.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.

Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mau mendoakannya.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasai, dan Ibnu Hibban).

Hadits di atas memberikan pelajaran tentang perlunya manusia mencari amal yang berkualitas, kekal, dan bermanfaat baik selama di dunia maupun setelah meninggal dunia. Kualitas pahala yang dapat terus mengalir selama manfaat dari amal tersebut masih dirasakan oleh manusia.

1. Sedekah Jariyah

Sedekah jariyah adalah amalan sedekah yang jika dilakukan maka pahalanya mengalir terus sekalipun yang bersangkutan telah meninggal. Sebagai contoh amal yang terus memberikan pahala adalah praktek wakaf, di mana seseorang menyumbangkan suatu benda yang bermanfaat untuk kepentingan umat karena Allah SWT. Benda tersebut bersifat tetap dan tidak berkurang nilainya meskipun digunakan berulang kali. Misalnya, menyumbangkan sajadah, karpet, atau bahan bangunan untuk pembangunan masjid, musala, madrasah, dan pesantren. Sedangkan sedekah yang tidak memberikan pahala berkelanjutan adalah yang diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk makanan, karena amal tersebut tidak dianggap sebagai Jariyah.

Amal Jariyah atau wakaf seperti yang disebutkan di atas, meskipun pelakunya telah meninggal dunia, pahalanya tetap mengalir kepadanya selama benda-benda tersebut masih bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Imam Nawawi RHM berkata tentang penjelasan hadits ini, “Sedekah jariyah adalah wakaf.” Al-Khatib Asy-Syarbini RHM berkata, “Sedekah Jariyah menurut para ulama mengandung pemahaman wakaf, sebagaimana dikatakan oleh Ar-Rafii, karena sedekah lainnya bukan jariyah.”

2. Ilmu yang Bermanfaat

Terdapat beberapa kriteria ilmu yang bermanfaat, salah satunya adalah ilmu yang diamalkan, diajarkan dan disebarkan, sehingga orang lain merasakan manfaat darinya.

Oleh karena itu, seseorang yang memiliki pengetahuan atau keilmuan dilarang secara sengaja menyembunyikan pengetahuannya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT,

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): ‘Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya.” (QS: Ali Imran: 187).

Baca Juga: Keutamaan Menyantuni Anak Yatim dan Berbuat Baik Kepadanya

Dalam sebuah riwayat Abu Hurairah RA mengatakan, bahwasanya Nabi SAW bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَحْفَظُ عِلْمًا فَيَكْتُمُهُ إِلَّا أُتِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ النَّارِ

“Tidak ada seseorang yang hafal suatu ilmu, namun dia menyembunyikannya, kecuali dia akan didatangkan pada hari kiamat dengan keadaan dikekang dengan tali kekang dari Neraka.” (Hadist Hasan & HR. Ibnu Majah).

Dalam pepatah Arab terdapat ungkapan yang menyatakan bahwa pengetahuan atau ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak menghasilkan buah.

Akan tetapi, bagi orang yang memiliki ilmu kemudian ia mau menunjukkan kebaikan dengan ilmunya kepada orang lain maka itu akan menjadi pahala yang terus mengalir. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ، فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)

Kata “khair” pada penggalan hadits di atas adalah bentuk nakirah. Dalam tata Bahasa arab, kata khair dalam kalimat seperti di atas bermakna umum, sehingga mencakup semua bentuk kebaikan, baik kebaikan duniawi maupun ukhrawi. Artinya, masuk dalam cakupan kata khair di atas yaitu ketika seseorang menunjukkan orang lain suatu perbuatan baik, termasuk pula memberi nasihat, peringatan, atau menyusun buku tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Kalimat ‘Falahu mitslu ajrin fâ’ilihi’ dalam hadis tersebut menyebutkan bahwa seseorang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain akan memperoleh pahala sebagaimana orang yang melakukan kebaikan tersebut secara langsung. Makin banyak orang yang terdorong untuk melakukannya, maka semakin besar pula pahala yang diperoleh.

Dengan demikian, hadis ini mengajarkan bahwa seseorang yang menjadi penunjuk kebaikan atau jalan hidayah kepada orang lain akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya secara langsung. Pengertian ini ada juga pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda:

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئٌ

“Barang siapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya setelahnya; tanpa berkurang sesuatu apa pun dari pahala mereka. Dan barang siapa yang mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang sesuatu pun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)

3. Anak Shaleh yang Mendoakannya

Anak Shaleh adalah anugerah yang sangat berharga bagi setiap orang tua. Mereka merupakan hasil dari rahmat Allah SWT yang memberikan inspirasi melalui perilaku dan akhlak yang mulia. Banyak kisah-kisah yang menceritakan tentang seorang anak Shaleh yang selalu mendoakan atau berbuat baik untuk orang tuanya.

Dalam kitab Irsyad Al-‘Ibad dikisahkan, ada seorang laki-laki bermimpi melihat beberapa ahli kubur yang keluar dari kuburnya. Mereka kemudian sibuk memunguti sesuatu. Namun, belum diketahui apa yang sedang mereka pungut. Kemudian, lelaki tersebut menceritakan mimpi yang dialaminya: Aku merasa heran melihat pemandangan tersebut. Belum lagi rasa keherananku hilang, aku melihat seorang ahli kubur yang sedang duduk dan tidak ikut serta dalam mengumpulkan sesuatu bersama mereka. Aku coba menghampirinya dan bertanya, “Apa yang sedang mereka pungut?”

Ahli kubur yang tadi duduk menjawab, “Kebaikan yang diperoleh dari bacaan Al-Quran, sedekah, dan doa yang dihadiahkan oleh umat Muslim untuk mereka.” Aku bertanya lagi, “Lantas mengapa engkau tidak ikut memungutinya?” Dijawabnya, “Aku sudah cukup.”

Aku pun bertanya lagi, “Karena apa engkau tidak memerlukannya?” Dijawab oleh ahli kubur tersebut, “Dengan khatam al-quran yang dilakukan dan dihadiahkan oleh anakku setiap hari. Anakku berada di pasar ini dan berjualan zalabiyah (sejenis makanan ringan berbahan tepung dan telur).”

Esok paginya, setelah bangun tidur, aku segera menuju pasar yang disebutkan oleh ahli kubur dalam mimpi semalam. Tepat seperti yang dijanjikan, aku menemukan seorang pemuda yang menjual zalabiyah di sana, sedangkan kedua bibirnya tak pernah berhenti berucap. Aku pun bertanya, “Mengapa engkau tak henti menggerakkan kedua bibirmu?” Si anak muda menjawab, “Aku sedang membaca al-quran, lalu menghadiahkannya kepada ayahku yang sudah di dalam kubur.”

Beberapa saat kemudian, aku bermimpi melihat beberapa ahli kubur kembali muncul dari kuburnya, mirip dengan mimpiku sebelumnya. Namun, yang membuatku heran kali ini adalah salah satu ahli kubur yang sebelumnya tidak ikut memunguti sesuatu, sekarang turut serta bersama ahli kubur lainnya. Oleh karena itu, begitu terbangun, aku segera pergi lagi ke pasar guna mengetahui kabar anak muda yang biasa berdagang zalabiyah sambil membaca al-quran itu. Dan ternyata, sekarang ia sudah meninggal.

Itulah tiga amalan yang bisa mengantarkan kepada pahala yang terus mengalir meskipun ia telah meninggal dunia. Masih banyak amalan-amalan yang serupa. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِه

“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah: Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan. Anak shalih yang ia tinggalkan. Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan. Masjid yang ia bangun. Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun Sungai yang ia alirkan. Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup. Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah)

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment